I.
PENDAHULUAN
Bagi
pembangunan bangsa, pendidikan karakter sangat penting. Ketika bangsa Indonesia
bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus
1945, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa
paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, adalah
mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua, adalah membangun
bangsa, dan ketiga, adalah membangun karakter. Ketiga hal tersebut
secara jelas tampak dalam konsep negara (nation-state) dan pembangunan
karakter bangsa (nation and character building).
Salah
satu kompetensi seorang guru profesional adalah kemampuan dalam mengorganisir
materi pembelajaran. Untuk melakukan hal tersebut, guru hendaknya memiliki
keterampilan bagaimana merancang pembelajaran tersebut sesuai dengan
karakteristik siswa, kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Penguasaan
dan pengembangan karakteristik IPS sangat penting bagi guru, karena siswa
sekolah menengah diharapkan telah memiliki kemampuan berfikir abstrak dan
parsial serta berpikir analitis. Dalam makalah ini diuraikan tentang
karakteristik pendidikan IPS yang akan menjadi dasar dan sumber pembelajaran,
khususnya dalam pengorganisasian materi yang diselenggarakan guru.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa
pengertian karakteristik IPS?
B. Apa
saja karakteristik yang ada dalam IPS?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Karakteristik IPS
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat–sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pakerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik dan terejawentahkan dalam
perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik
itu kemudian dalam Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai
sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik dan nyata berkehidupan baik.
Scerenko
(1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk
dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental seseorang, suatu
kelompok atau bangsa.[1]
B.
Karakteristik
yang ada dalam IPS
1.
Pengetahuan
(Knowledge)
Setiap
orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Ada yang
berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di
lingkungan masyarakat tertentu. Ada pula yang mengemukakan bahwa pengetahuan
sosial mencakup keyakinan-keyakinan dan pengalaman belajar siswa. Secara
konseptual, pengetahuan (Knowledge)
hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) Generalisasi yang dipahami
oleh siswa.
a.
Fakta
Fakta
adalah data spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal–hal yang terjadi
(peristiwa). Dalam pembelajaran IPS, diharapkan dapat mengenal beberapa jenis
fakta khususnya yang terkait dengan kehidupannya.
Contoh
fakta yang dapat di belajarkan kepada siswa kelas 1, misalnya, sebagai berikut:
·
Ada sepuluh
siswa di kelas yang memiliki pensil gambar
·
Siswa perempuan
berjmlah dua puluh orang
·
Siswa laki–laki
bermain bola dihari minggu
b.
Konsep
Konsep
adalah kata–kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti
terhadap kelompok fakta yang berkaitan.Konsep dasar yang relevan untuk
pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Konsep–konsep
tersebut pada jenjang dan kelas sekolah, misalnya konsep “keluarga” dapat
diambil dari konsep antropologi, sosiologi, bahkan ekonomi. Konsep–konsep ini
muncul karena adanya kepedulian dan presepsi sosial serta munculnya
permasalahan sosial yang semakin kompleks. Hal ini telah di pandang sebagai
cara alternatif dalam mengorganisasikan konsep–konsep IPS.
c.
Generalisasi
Generalisasi
adalah suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling
terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa. Misalnya, semakin bertambah usia seseorang, semakin
berbeda dalam kemampuan bekerja. Pengembangan konsep dan generalisasi merupakan
proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat.
Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan
generalisasi merupakan cara yang baik untuk mengkondisikan terjadinya proses
belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, para siswa dapat mengubah dan
memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskannya terdahulu.
2.
Keterampilan
(Skills)
Kecakapan
mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting
untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisisai secara
cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, berikut diuraikan sejumlah
keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam karakteristik IPS
dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu :
a.
Keterampilan
meneliti
Keterampilan
ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data. Penelitian harus mencakup
hal–hal berikut ini :
1)
Mengidentifikasi
dan mengungkapkan masalah atau isu
2)
Mengumpulkan
atau mengolah data
3)
Menafsirkan dan
menganalisis data
4)
Menilai
bukti-bukti yang ditemukan
5)
Menyimpulkan
6)
Menerapkan hasil
temuan dalam konteks yang berbeda
7)
Membuat
pertimbangan nilai
b.
Keterampilan
berpikir
Untuk
mengembangkan keterampilan berfikir pada siswa, perlu ada penguasaan terhadap
bagian–bagian yang lebih khusus dari keterampilan berfikir tersebut serta
melatihnya dikelas. Beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh
guru dikelas untuk para siswa, antara lain :
1)
Mengkaji dan
menilai data secara kritis
2)
Merencanakan
3)
Merumuskan
faktor sebab dan akibat
4)
Memprediksi
hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa
5)
Menyarankan apa
yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
c.
Keterampilan
partisipasi sosial
Dalam
belajar IPS, siswa perlu dibejalarkan bagaimana berinteraksi dan bekerjasama
dengan orang lain. Dengan adanya partisipasi siswa dapat lancar menyampaikan
pendapatnya kepada orang lain. Beberapa keterampilan berpartisipasi sosial yang
perlu dibelajarkan guru pada siswa yaitu :
1)
Menunjukan rasa
hormat dan perhatian kepada orang lain
2)
Berbagi tugas
dan pekerjaan dengan orang lain
3)
Berbuat efektif
sebagai anggota kelompok
4)
Mengambil
berbagai peran kelompok
5)
Menerima kritik
dan saran
6)
Menyesuaikan
kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d.
Keterampilan
berkomunikasi
Pengembangan
keterampilan komunikasi merupakan aspek yang apling penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri
sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untu mengungkapkan pemahaman dan
perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif. Seorang guru hendaknya selalu
mendorong para siswa untuk gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film,
drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukan, foto, bahkan dalam bentuk peta.[2]
3.
Nilai
dan Sikap (Values and Attitudes)
Pada
hakikatnya, nilai adalah sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah
seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri
seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau
bertindak. Umumnya, nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau
komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan,
kelompok masyarakat atau persatuan dari orang–orang yang satu tujuan.[3]
Sedangkan sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak
objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik.[4]
4
faktor dasar
kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu
1) Normatifist,
yakni kepatuhan terhadap norma-norma hukum.
2) Integralist,
yakni kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran dengan pertimbangan–pertimbangan
yang rasional.
3) Fenomenalist,
yakni kepatuhan berdasarkan suara hati.
4) Hedonist,
yakni kepatuhan berdasarkan diri sendiri.[5]
Heterogenitas
nilai ini tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS
di kelas. Nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan tidak mungkin steril dari
isu–isu yang menerpa masyarakat demokratis. Agar ada kejelasan dalam mengkaji
nilai masyarakat, maka nilai dapat dibedakan sebagai berikut :
a.
Nilai
Substantif
Nilai
substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya
hasil belajar, bukan sekedar menenamkan atau menguraikan informasi semata.
Setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan
keyakinannya tentang suatu hal. Misalnya, seorang anggota keluarga akan berbeda
pandangannya terhadap nilai hidup berkeluarga.
Dalam
mempelajari nilai substantif, para siswa perlu memahami proses–proses,
lembaga–lembaga, dan aturan– aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat
demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu mengetahui bahwa ada keragamanan
nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari
nilai-nilai tersebut.
Manfaat
lain dari belajar nilai substantif adalah siswa akan menyatakan bahwa dirinya
memiliki nilai tertentu. Guru harus menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang
beragam ke kelas sesuai latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu guru
perlu menyadari pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara
universal.
b.
Nilai
prosedural
Nilai
prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan,
toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat oang lain.
Hal
ini dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan
diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat indonesia yang beraneka ragam,
maka siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai tersebut.[6]
Gulo
( 2005 ) menyimpulkan tentang nilai, sebagai berikut :
1)
Nilai tidak
diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya
2)
Pengembangan
domain efektif pada nilai tidak bisa
dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik
3)
Masalah nilai
merupakan masalah emosional, sehingga dapat berubah, berkembang, jadi siswa
bisa dibimbing.[7]
4)
4.
Tindakan
(Action)
Tindakan
sosial merupakan dimensi PIPS yang
penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang
aktif. Merekapun dapat belajar berlatih secara konkrit dan praktis. Dengan
belajar dari pada yang diketahui dan terpikirkan tentang isu–isu sosial untuk
dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para
siswa belajar menjadi warga negara yang efektif dimasyarakat.
Dimensi
tindakan sosial dapat dibelajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas
kurikulum IPS. Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran IPS meliputi tiga
model aktivitas sebagai berikut:
5)
Percontohan
kegiatan dalam memecahkan masalah dikelas seperti cara bernegosiasi dan
bekerjasama.
6)
Berkomunikasi
dengan anggota masyarakat dapat diciptakan, misalnya
dengan kelompok masyarakat pecinta lingkungan, pedagang dan melakukan survey,
pengamata, serta wawancara dengan pedagang di pasar tradisional.
7)
Pengambilan
keputusan dapat menjadi bagian kelas, khususnya pada saat siswa di ajak untuk
melakukan inkuiri.[8]
IV.
KESIMPULAN
Dari
uraian makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa, karakteristik IPS adalah
atribut atau ciri khusus yang ada dalam IPS yang membedakan dari ilmu
pengetahuan lainnys yang bersifat monolitik.
Karakteristik yang ada
dalam IPS antara lain yaitu:
1. Pengetahuan
(Knowledge)
2. Keterampilan
(Skill)
3. Nilai
dan Sikap (Values and Attitudes)
4. Tindakan
(Action)
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah ini kami buat. Adapun makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik selalu kami
harapkan, dan semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan kita
mengenai karakteristik IPS. Dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi kita semua pada umumnya. Aamiin
DAFTAR
PUSTAKA
Hamruni. 2009. Stategi
dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogjakarta: Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Sapriya. 2008. Pendidikan
IPS, Bandung: Laboratorium PKn UPI.
[1] Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
PT .Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 42.
[2] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:Laboratorium PKn UPI PRESS, 2008), hlm.31-35.
[3] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Laboratorium PKn UPI PRESS, 2008), hlm.36.
[4] Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm.195.
[5] Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan,(Yogjakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm.193.
[6] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:Laboratorium PKn UPI PRESS, 2008), hlm.37.
[7] Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta:Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm.195.
[8] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Laboratorium PKn UPI PRESS, 2008), hlm.38.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar