Minggu, 11 Januari 2015

al-jamaah muslimin di Bulu Stalan

AL-JAMA’AH MUSLIMIN
Laporan Mini Riset

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
 Dosen Pengampu : M Rikza Chamami, M.SI


Disusun Oleh :
Lailatul Hidayah                   (133911108)
Umi Mutmainah                      (133911113)
                                          
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan ketauhidan utama yang menjadi agama terakhir yang dianut oleh Rasulullah SAW dengan kitab sucinya yaitu Al-Qur’an. Semenjak Rasulullah SAW wafat, agama Islam terpecah belah.  Tepatnya pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, yang diawali dengan terjadinya perang jamal dan perang shiffin. Dalam perang shiffin tersebut diadakannya tahkim antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Marwan, yang mengakibatkan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib oleh kelompok Khawarij. Setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib, pemerintahan dipegang oleh Muawiyah. Setelah pemerintahan Muawiyah selesai, pemerintahan berada pada Turki Ustmani. Dan menjelang runtuhnya Turki Ustmani maka ditetapkannya Al-Jama’ah Muslimin yang akan kami paparkan dalam laporan ini.

BAB II
LANDASAN TEORI
Al-Jama’ah berasal dari kata جمع يجمع جمعا/جماعة  yang artinya kumpulan atau himpunan. Jadi menurut bahasa  al-Jama’ah adalah kumpulan atau himpunan tertentu bukan sembarang himpunan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah al-jama’ah adalah Jama’atul Muslimin sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Khudzaifah bin al-Yaman ynang berbunyi:
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأِمَامَهُمْ ........ “Engkau tetap pada jama’ah muslimin dan imaam mereka.
Adapun yang dimaksud dengan al-jama’ah adalah bagaimana yang dijelaskan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi:
السُّنَّةُ وَاللّهِ سُنَّةِ مُحَمَّدٍ صلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَالْبِدْعَةُ مَا فَارَقَهَا وَالْجَماَعَةُ وَاللّهِ مُجَامَعَةُ أَهْلِ الْحَقِّ وَأِنْ قَلّوْا وَالْفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ اَهْلِ الْبَاطِلِ وَأِنْ كَثَرُوْا
Demi Allah, sunnah itu adalah sunah Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam dan bid’ah itu adalah apa-apa yang memperselisihinya. Dan demi Allah Al-Jama’ah adalah berkumpulnya ahlul ha sekalipun mereka sedikit dan Firqoh itu adalah berkumpulnya ahlul bathil sekalipun merreka banyak.” (Hamisy Musnad Imam Ahmad bin Hambal: I/109).
Menurut bahasa ”imam” adalah:”Seorang pemimpin atau lainnya yang diikuti baik laki-laki maupun perempuan.” (Muhitul Muhit: I/16) 
Sedang makna “khalifah” menurut bahasa adalah: “Seorang yang menggantikan kedudukan orang lain.” (Muhitul Muhit: I/205)
Menurut istilah “imam” adalah: “Penganti Rasul yang mengakkan Ad-dien (Islam).” (Muhitul Muhit: I/16)
Sedang “khalifah” adalah: “Imam yang tidak ada di atasnya lagi seorang imaam.” (Muhitul Muhit: I/205)
“Amirul Mu’minin” adalah: “Gelar (laqob) bagi khalifah. ” (Mu’jamul Wasit: I/26).
Dalam pengangkatan khalifah memang tidak ada dalil dalam al-quran dan as-sunnah. Akan tetapi kita bisa mengambil amalan khulafa’ rasyidin sebagai dalil tentang pengangkatan khalifah. Rasullah bersabda:
Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa’ ar rasyidin yang mendapat petunjuk, pegang teguhlah ia dan gigitlah ia dengan gigi geraham.. (HR. Abu daud)
Pengangkatan khalifah pada masa khulafa’ ar rosyidin ada dua cara semuanya pernah dilakukan oleh mereka. Dan dua metode tersebut telah disepakati oleh para sahabat pada masa itu tanpa ada yang membantahnya. Dua metode tersebut adalah
1.    Dengan cara dipilih melalui musyawarah ahlul halli wal ‘aqdi
2.    Dengan melalui wasiat (al ‘ahdu) atau istikhlaf, penunjukan dari khalifah yang sebelumnya.
Sedangkan ahlul halli wal ‘aqda dalam kitab nihayatul muhtaj ila syarhil minhaj 7/390 disebutkan: sekelompok manusia yang memiliki kedudukan dalam urusan din dan ahlak serta kemampuan dalam melihat kondisi dan mengatur umat. Menurut imam al mawardi perintah mengangkat seorang pemimpin adalah menggantikan tugas kenabian, berupa menjaga dien dan mengatur urusan duniawi. Dan memberikan manah ini kepada kepada orang yang bisa melaksanakan dikalangan umat islam hukumnya wajib berdasarkan ijma’.
Ma’na bai’at secara bahasa berasal dari kata  "باَيَعَ-مُباَ يَعَةً" yang bermakna saling mengikat janji. Bai’at menurut istilah adalah berjanji untuk mengangkat seseorang sebagai khalifah seraya mentaatinya, tidak akan menentang sedikitpun, baik dalam keadaan suka atau terpaksa, selama perintah tersebut tidaak bertentangan dengan al-quran dan sunnah, serta menyerahkan segala urusan kaum muslimin kepadanya.
Macam-macam bai’at ada dua diantaranya:
1.    Bai’at mu’amalah yaitu berjanji untuk melaksanakan amalan-amalan iabadah yang diperintahkan dan meninggalkan segala perbuatan yang dilarang.
2.    Bai’at imarah yaitu berjanji untuk mengangkat seseorang sebagai khalifah seraya mentaati menurut kadar kemampuan selama dalam kebenaran.
BAB III
KONDISI LAPANGAN
Dalam penelitian al-jamaah kami menemukan al jamaah ini di daerah Bulustalan, pada hari Ahad tanggal 15 Nopember 2014 disana kami bertemu dengan penjaga Masjid yang bernama Pak Fahlefi kami bertanya mengenai Al-Jamaah kemudian beliau menggambarkan sedikit tentang Al-Jamaah bahwa Al-Jamaah itu bukan NU ataupun Muhamadiyah akan tetapi Al- Jamaah  Muslimin merupakan kumpulan orang-orang muslim. Ketika kami menanyakan tentang sejarah Al-Jamaah Muslimin beliau menyarankan untuk bertanya kepada Pak Abu Bakar, karena Pak Fahlevi tidak berwenang untuk menjelaskan tentang Al-Jamaah Muslimin. Pak Abu Bakar merupakan salah satu Rais Al-Jamaah di daerah Bulustalan. Kami diberi tahu alamatnya pak Abu Bakar untuk bertemu dengan beliau  di depan SMP  N 40 Semarang kemudian kami berjalan menuju ke tempat Pak Abu Bakar, ternyata rumah beliau pintunya tertutup rapat akhirnya kami kembali ke Masjid Al Hikmah Bulustalan, setelah sampai masjid kami bertemu kembali dengan Pak Fahlevi dan beliau memberi tahu untuk menemui Pak Abu Ghofar, bahwa beliau merupakan salah satu Rais Majlis Tarbiyah Wa  Ta’lim dan mengatakan bahwa Pak Abu Ghofar setiap senin dhuhur selalu mengimami di masjid al-Hikmah kami disarankan untuk menunggunya di masjid sampai dhuhur. Setelah berjam-jam kami menunggu akhirnya kami bertemu dengan Pak Abu Ghofar dan kami memberitahukan tujuan kedatangan kami, dan beliau menyambutnya dengan senang hati, setelah berbincang-bincang kami meminta nomor telefon beliau. Berhubung waktu sudah sore kami pamit untuk pulang menuju kampus tercinta UIN Walisongo. Selanjutnya hari Senin tanggal 23 Nopember 2014 kami ke Bulustalan kembali untuk melanjutkan  riset kami,  sebelumnya kami membuat janji dengan Pak Abu Bakar  pada pukul 09.00 WIB.  Sampai disana kami bertemu dengan Pak Abu Ghofar dan melakukan wawancara tentang al-Jamaah Muslimin. Berhubung Pak Fahlevi menyarankan kepada pak Abu Ghofar kami hanya mewawancarai Pak Abu Ghofar.  Kemudian hari senin selanjutnya kami bertemu dengan Pak Abu Bakar dan kami ingin mewawancarai tentang al-Jamaah Muslimin kepada beliau namun beliau juga melimpahkan kepada Pak Abu Ghofar.
BAB IV
ANALISA LAPANGAN
Hasil wawancara
Al-Jamaah Muslimin, sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW, kemudian dilanjutkan para Khulafaur Rasyidin. Berhubung pada masa keruntuhan Turki Usmani tahun 1952 M  al-Jamaah itu fakum. Kemudian pada tahun 1953 M, Al-Jamaah ditetapkan kembali dengan membai’at Dr. Syaikh  Wali Al-Fatah sebagai Imam dari Al-Jamaah tersebut. Pembai’atan diumumkan di masjid  Sunda Kelapa Jakarta. Setelah Dr. Syaikh Wali Al- Fatah wafat, pada tahun 1976 M. Muhyidin Hamidy dibai’at menjadi Imam kedua dari Al-Jamaah Muslimin tersebut sampai sekarang.
Kegiatan-kegiatan yang ada dalam al-Jama’ah meliputi seluruh kehidupan manusia, dimana semua kegiatan tersebut ada wadahnya yaitu majlis-majlis yang mempunyai bidang masing-masing.
 Imamul Imam dibantu oleh Waliyul Imam merupakan sebuah kepemimpinan yang di wilayah-wilayah dan Naibul Imam itu yang ada dikota-kota kemudian dibantu oleh Ra’is yang dibentuklah majlis-majlis  yaitu:
1.    Majlis Dakwah, bertugas meluruskan akidah, memotivasi umat untuk beribadah kepada Allah, amar ma’ruf nahi munkar, menolak kebudayaan negatif yang dapat merusak.
2.    Majlis Tarbiyah dan Ta’lim, bertugas meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga profesional, perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan, pengawasan program dan kegiatan.
3.    Majlis  Maliyah, bertugas mengurusi harta, dan nisab yang harus dikeluarkan dalam penghasilannya.
4.    Majlis Kuttab, bertugas mengajarkan cara menulis dan membaca serta memahami Al-Qur’an.
Dalam majlis-majlis tersebut diketuai oleh Amir-amir. Dimana Amir-amir tersebut bertugas mengkoordinir semua kegiatan yang akan dilakukan.
 Adanya Al-Jama’ah di daerah Bulustalan karena salah seorang tokoh di daerah Bulustalan datang ke Jakarta untuk menyaksikan pembai’atan Dr. Syaikh  Wali Al-Fatah. Al-Jamaah dipimpin seorang Imam yang semua kebijakannya dianut oleh makmum. Seperti penetapan awal berpuasa Ramadhan dan hari-hari besar Islam lainnya yang tidak menganut pemerintahan Indonesia.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Al-Jamaah di Bulustalan, diantaranya yaitu: mengadakan pengajian  yang dilaksanakan setiap minggu sekali pada malam senin, mengadakan belajar mengaji al-Qur’an setiap hari Rabu sore. Untuk kegiatan yang lain, seperti mauludan, tahlilan, dan dhiba’an. Dalam Al-Jamaah tidak dilaksanakan.


BAB V
KESIMPULAN
Al-Jama’ah Muslimim ditetapkan kembali pada tahun 1953 M, dengan membai’at Dr. Syaikh Wali Al-Fatah sebagai Imam, dan pada tahun 1976 sampai sekarang dilanjutkan oleh Imam Muhyiddin Hamidy.
Kegiatan yang dilakukan al Jama’ah Muslimin diantaranya:  mengadakan pengajian  yang dilaksanakan setiap minggu sekali pada malam senin, mengadakan belajar mengaji al-Qur’an setiap hari Rabu sore.
Al-Jama’ah Muslimin itu tidak mempunyai AD/ART karena bukan organisasi. Al-Jama’ah Muslimin itu merupakan syari’at yang ada Imaam dan Makmum, dengan azaz  Al-Qur’an dan Sunnah. Maka Al- Jama’ah Muslimin menggunakan model berpikir Bayani yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.














DAFTAR PUSTAKA
Hizbullah, Arif. 1999. Al-Jama’ah Wadah Kesatuan Muslimin. (Cilacap: Pondok Pesantren Islam Al-Fatah)
Hizbullah, Arif. 2013. Ni’mat Al-Jama’ah, Imamah dan Bai’at. (Bogor: Tsaqofah Press)



























Lampiran:
NARASUMBBER
Nama                           : Abu Ghofar
Alamat                                    : Bulustalan
Jabatan                                    : Ra’is Majlis Tarbiyah Wa Ta’lim

BIODATA
Nama                           : Lailatul Hidayah
NIM                            : 133911108
Jurusan/ prodi              : PGMI
TTL                             : Kendal
Tempat Tugas              : UIN Walisongo Semarang sebagai pelajar
Pendidikan                  :
SD       : SD 1 Kedung Gading
SMP     : SMP 02 Gemuh
SMA    : MA Darul Amanah
S1        : IAIN Walisongo Semarang
Alamat                                    : Kedunggading- Ringinarum-Kendal
Nomor Telepon           : 085741158106
Email                           : elayhid@yahoo.co.id
Facebook                     : laila hiday










Nama                           : Umi Mutmainah
NIM                            : 133911113
Jurusan/ prodi              : PGMI
TTL                             : Demak, 12 Januari 1995
Tempat Tugas              : UIN Walisongo Semarang sebagai pelajar
Pendidikan                  :
SD       : SDN 2 Medini Gajah Demak
MTs     : MTs Nurul Huda Medini Gajah Demak
MA      : MA NU Assalam Tanjungkarang Jati Kudus
S1        : IAIN Walisongo Semarang
Alamat                                    : Medini RT:04/ RW: 02, Gajah Demak
Nomor Telepon           : 08978687202
Email                           : umimutmainah121@gmail.com
Facebook                     : Umi Mutmainah




 AL-JAMA’AH MUSLIMIN
Laporan Mini Riset

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
 Dosen Pengampu : M Rikza Chamami, M.SI


Disusun Oleh :
Lailatul Hidayah                   (133911108)
Umi Mutmainah                      (133911113)
                                          
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan ketauhidan utama yang menjadi agama terakhir yang dianut oleh Rasulullah SAW dengan kitab sucinya yaitu Al-Qur’an. Semenjak Rasulullah SAW wafat, agama Islam terpecah belah.  Tepatnya pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, yang diawali dengan terjadinya perang jamal dan perang shiffin. Dalam perang shiffin tersebut diadakannya tahkim antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Marwan, yang mengakibatkan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib oleh kelompok Khawarij. Setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib, pemerintahan dipegang oleh Muawiyah. Setelah pemerintahan Muawiyah selesai, pemerintahan berada pada Turki Ustmani. Dan menjelang runtuhnya Turki Ustmani maka ditetapkannya Al-Jama’ah Muslimin yang akan kami paparkan dalam laporan ini.

BAB II
LANDASAN TEORI
Al-Jama’ah berasal dari kata جمع يجمع جمعا/جماعة  yang artinya kumpulan atau himpunan. Jadi menurut bahasa  al-Jama’ah adalah kumpulan atau himpunan tertentu bukan sembarang himpunan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah al-jama’ah adalah Jama’atul Muslimin sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Khudzaifah bin al-Yaman ynang berbunyi:
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأِمَامَهُمْ ........ “Engkau tetap pada jama’ah muslimin dan imaam mereka.
Adapun yang dimaksud dengan al-jama’ah adalah bagaimana yang dijelaskan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi:
السُّنَّةُ وَاللّهِ سُنَّةِ مُحَمَّدٍ صلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَالْبِدْعَةُ مَا فَارَقَهَا وَالْجَماَعَةُ وَاللّهِ مُجَامَعَةُ أَهْلِ الْحَقِّ وَأِنْ قَلّوْا وَالْفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ اَهْلِ الْبَاطِلِ وَأِنْ كَثَرُوْا
Demi Allah, sunnah itu adalah sunah Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam dan bid’ah itu adalah apa-apa yang memperselisihinya. Dan demi Allah Al-Jama’ah adalah berkumpulnya ahlul ha sekalipun mereka sedikit dan Firqoh itu adalah berkumpulnya ahlul bathil sekalipun merreka banyak.” (Hamisy Musnad Imam Ahmad bin Hambal: I/109).
Menurut bahasa ”imam” adalah:”Seorang pemimpin atau lainnya yang diikuti baik laki-laki maupun perempuan.” (Muhitul Muhit: I/16) 
Sedang makna “khalifah” menurut bahasa adalah: “Seorang yang menggantikan kedudukan orang lain.” (Muhitul Muhit: I/205)
Menurut istilah “imam” adalah: “Penganti Rasul yang mengakkan Ad-dien (Islam).” (Muhitul Muhit: I/16)
Sedang “khalifah” adalah: “Imam yang tidak ada di atasnya lagi seorang imaam.” (Muhitul Muhit: I/205)
“Amirul Mu’minin” adalah: “Gelar (laqob) bagi khalifah. ” (Mu’jamul Wasit: I/26).
Dalam pengangkatan khalifah memang tidak ada dalil dalam al-quran dan as-sunnah. Akan tetapi kita bisa mengambil amalan khulafa’ rasyidin sebagai dalil tentang pengangkatan khalifah. Rasullah bersabda:
Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa’ ar rasyidin yang mendapat petunjuk, pegang teguhlah ia dan gigitlah ia dengan gigi geraham.. (HR. Abu daud)
Pengangkatan khalifah pada masa khulafa’ ar rosyidin ada dua cara semuanya pernah dilakukan oleh mereka. Dan dua metode tersebut telah disepakati oleh para sahabat pada masa itu tanpa ada yang membantahnya. Dua metode tersebut adalah
1.    Dengan cara dipilih melalui musyawarah ahlul halli wal ‘aqdi
2.    Dengan melalui wasiat (al ‘ahdu) atau istikhlaf, penunjukan dari khalifah yang sebelumnya.
Sedangkan ahlul halli wal ‘aqda dalam kitab nihayatul muhtaj ila syarhil minhaj 7/390 disebutkan: sekelompok manusia yang memiliki kedudukan dalam urusan din dan ahlak serta kemampuan dalam melihat kondisi dan mengatur umat. Menurut imam al mawardi perintah mengangkat seorang pemimpin adalah menggantikan tugas kenabian, berupa menjaga dien dan mengatur urusan duniawi. Dan memberikan manah ini kepada kepada orang yang bisa melaksanakan dikalangan umat islam hukumnya wajib berdasarkan ijma’.
Ma’na bai’at secara bahasa berasal dari kata  "باَيَعَ-مُباَ يَعَةً" yang bermakna saling mengikat janji. Bai’at menurut istilah adalah berjanji untuk mengangkat seseorang sebagai khalifah seraya mentaatinya, tidak akan menentang sedikitpun, baik dalam keadaan suka atau terpaksa, selama perintah tersebut tidaak bertentangan dengan al-quran dan sunnah, serta menyerahkan segala urusan kaum muslimin kepadanya.
Macam-macam bai’at ada dua diantaranya:
1.    Bai’at mu’amalah yaitu berjanji untuk melaksanakan amalan-amalan iabadah yang diperintahkan dan meninggalkan segala perbuatan yang dilarang.
2.    Bai’at imarah yaitu berjanji untuk mengangkat seseorang sebagai khalifah seraya mentaati menurut kadar kemampuan selama dalam kebenaran.
BAB III
KONDISI LAPANGAN
Dalam penelitian al-jamaah kami menemukan al jamaah ini di daerah Bulustalan, pada hari Ahad tanggal 15 Nopember 2014 disana kami bertemu dengan penjaga Masjid yang bernama Pak Fahlefi kami bertanya mengenai Al-Jamaah kemudian beliau menggambarkan sedikit tentang Al-Jamaah bahwa Al-Jamaah itu bukan NU ataupun Muhamadiyah akan tetapi Al- Jamaah  Muslimin merupakan kumpulan orang-orang muslim. Ketika kami menanyakan tentang sejarah Al-Jamaah Muslimin beliau menyarankan untuk bertanya kepada Pak Abu Bakar, karena Pak Fahlevi tidak berwenang untuk menjelaskan tentang Al-Jamaah Muslimin. Pak Abu Bakar merupakan salah satu Rais Al-Jamaah di daerah Bulustalan. Kami diberi tahu alamatnya pak Abu Bakar untuk bertemu dengan beliau  di depan SMP  N 40 Semarang kemudian kami berjalan menuju ke tempat Pak Abu Bakar, ternyata rumah beliau pintunya tertutup rapat akhirnya kami kembali ke Masjid Al Hikmah Bulustalan, setelah sampai masjid kami bertemu kembali dengan Pak Fahlevi dan beliau memberi tahu untuk menemui Pak Abu Ghofar, bahwa beliau merupakan salah satu Rais Majlis Tarbiyah Wa  Ta’lim dan mengatakan bahwa Pak Abu Ghofar setiap senin dhuhur selalu mengimami di masjid al-Hikmah kami disarankan untuk menunggunya di masjid sampai dhuhur. Setelah berjam-jam kami menunggu akhirnya kami bertemu dengan Pak Abu Ghofar dan kami memberitahukan tujuan kedatangan kami, dan beliau menyambutnya dengan senang hati, setelah berbincang-bincang kami meminta nomor telefon beliau. Berhubung waktu sudah sore kami pamit untuk pulang menuju kampus tercinta UIN Walisongo. Selanjutnya hari Senin tanggal 23 Nopember 2014 kami ke Bulustalan kembali untuk melanjutkan  riset kami,  sebelumnya kami membuat janji dengan Pak Abu Bakar  pada pukul 09.00 WIB.  Sampai disana kami bertemu dengan Pak Abu Ghofar dan melakukan wawancara tentang al-Jamaah Muslimin. Berhubung Pak Fahlevi menyarankan kepada pak Abu Ghofar kami hanya mewawancarai Pak Abu Ghofar.  Kemudian hari senin selanjutnya kami bertemu dengan Pak Abu Bakar dan kami ingin mewawancarai tentang al-Jamaah Muslimin kepada beliau namun beliau juga melimpahkan kepada Pak Abu Ghofar.
BAB IV
ANALISA LAPANGAN
Hasil wawancara
Al-Jamaah Muslimin, sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW, kemudian dilanjutkan para Khulafaur Rasyidin. Berhubung pada masa keruntuhan Turki Usmani tahun 1952 M  al-Jamaah itu fakum. Kemudian pada tahun 1953 M, Al-Jamaah ditetapkan kembali dengan membai’at Dr. Syaikh  Wali Al-Fatah sebagai Imam dari Al-Jamaah tersebut. Pembai’atan diumumkan di masjid  Sunda Kelapa Jakarta. Setelah Dr. Syaikh Wali Al- Fatah wafat, pada tahun 1976 M. Muhyidin Hamidy dibai’at menjadi Imam kedua dari Al-Jamaah Muslimin tersebut sampai sekarang.
Kegiatan-kegiatan yang ada dalam al-Jama’ah meliputi seluruh kehidupan manusia, dimana semua kegiatan tersebut ada wadahnya yaitu majlis-majlis yang mempunyai bidang masing-masing.
 Imamul Imam dibantu oleh Waliyul Imam merupakan sebuah kepemimpinan yang di wilayah-wilayah dan Naibul Imam itu yang ada dikota-kota kemudian dibantu oleh Ra’is yang dibentuklah majlis-majlis  yaitu:
1.    Majlis Dakwah, bertugas meluruskan akidah, memotivasi umat untuk beribadah kepada Allah, amar ma’ruf nahi munkar, menolak kebudayaan negatif yang dapat merusak.
2.    Majlis Tarbiyah dan Ta’lim, bertugas meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga profesional, perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan, pengawasan program dan kegiatan.
3.    Majlis  Maliyah, bertugas mengurusi harta, dan nisab yang harus dikeluarkan dalam penghasilannya.
4.    Majlis Kuttab, bertugas mengajarkan cara menulis dan membaca serta memahami Al-Qur’an.
Dalam majlis-majlis tersebut diketuai oleh Amir-amir. Dimana Amir-amir tersebut bertugas mengkoordinir semua kegiatan yang akan dilakukan.
 Adanya Al-Jama’ah di daerah Bulustalan karena salah seorang tokoh di daerah Bulustalan datang ke Jakarta untuk menyaksikan pembai’atan Dr. Syaikh  Wali Al-Fatah. Al-Jamaah dipimpin seorang Imam yang semua kebijakannya dianut oleh makmum. Seperti penetapan awal berpuasa Ramadhan dan hari-hari besar Islam lainnya yang tidak menganut pemerintahan Indonesia.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Al-Jamaah di Bulustalan, diantaranya yaitu: mengadakan pengajian  yang dilaksanakan setiap minggu sekali pada malam senin, mengadakan belajar mengaji al-Qur’an setiap hari Rabu sore. Untuk kegiatan yang lain, seperti mauludan, tahlilan, dan dhiba’an. Dalam Al-Jamaah tidak dilaksanakan.


BAB V
KESIMPULAN
Al-Jama’ah Muslimim ditetapkan kembali pada tahun 1953 M, dengan membai’at Dr. Syaikh Wali Al-Fatah sebagai Imam, dan pada tahun 1976 sampai sekarang dilanjutkan oleh Imam Muhyiddin Hamidy.
Kegiatan yang dilakukan al Jama’ah Muslimin diantaranya:  mengadakan pengajian  yang dilaksanakan setiap minggu sekali pada malam senin, mengadakan belajar mengaji al-Qur’an setiap hari Rabu sore.
Al-Jama’ah Muslimin itu tidak mempunyai AD/ART karena bukan organisasi. Al-Jama’ah Muslimin itu merupakan syari’at yang ada Imaam dan Makmum, dengan azaz  Al-Qur’an dan Sunnah. Maka Al- Jama’ah Muslimin menggunakan model berpikir Bayani yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.














DAFTAR PUSTAKA
Hizbullah, Arif. 1999. Al-Jama’ah Wadah Kesatuan Muslimin. (Cilacap: Pondok Pesantren Islam Al-Fatah)
Hizbullah, Arif. 2013. Ni’mat Al-Jama’ah, Imamah dan Bai’at. (Bogor: Tsaqofah Press)



























Lampiran:
NARASUMBBER
Nama                           : Abu Ghofar
Alamat                                    : Bulustalan
Jabatan                                    : Ra’is Majlis Tarbiyah Wa Ta’lim

BIODATA
Nama                           : Lailatul Hidayah
NIM                            : 133911108
Jurusan/ prodi              : PGMI
TTL                             : Kendal
Tempat Tugas              : UIN Walisongo Semarang sebagai pelajar
Pendidikan                  :
SD       : SD 1 Kedung Gading
SMP     : SMP 02 Gemuh
SMA    : MA Darul Amanah
S1        : IAIN Walisongo Semarang
Alamat                                    : Kedunggading- Ringinarum-Kendal
Nomor Telepon           : 085741158106
Email                           : elayhid@yahoo.co.id
Facebook                     : laila hiday










Nama                           : Umi Mutmainah
NIM                            : 133911113
Jurusan/ prodi              : PGMI
TTL                             : Demak, 12 Januari 1995
Tempat Tugas              : UIN Walisongo Semarang sebagai pelajar
Pendidikan                  :
SD       : SDN 2 Medini Gajah Demak
MTs     : MTs Nurul Huda Medini Gajah Demak
MA      : MA NU Assalam Tanjungkarang Jati Kudus
S1        : IAIN Walisongo Semarang
Alamat                                    : Medini RT:04/ RW: 02, Gajah Demak
Nomor Telepon           : 08978687202
Email                           : umimutmainah121@gmail.com
Facebook                     : Umi Mutmainah















 AL-JAMA’AH MUSLIMIN
Laporan Mini Riset

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
 Dosen Pengampu : M Rikza Chamami, M.SI


Disusun Oleh :
Lailatul Hidayah                   (133911108)
Umi Mutmainah                      (133911113)
                                          
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan ketauhidan utama yang menjadi agama terakhir yang dianut oleh Rasulullah SAW dengan kitab sucinya yaitu Al-Qur’an. Semenjak Rasulullah SAW wafat, agama Islam terpecah belah.  Tepatnya pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, yang diawali dengan terjadinya perang jamal dan perang shiffin. Dalam perang shiffin tersebut diadakannya tahkim antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Marwan, yang mengakibatkan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib oleh kelompok Khawarij. Setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib, pemerintahan dipegang oleh Muawiyah. Setelah pemerintahan Muawiyah selesai, pemerintahan berada pada Turki Ustmani. Dan menjelang runtuhnya Turki Ustmani maka ditetapkannya Al-Jama’ah Muslimin yang akan kami paparkan dalam laporan ini.

BAB II
LANDASAN TEORI
Al-Jama’ah berasal dari kata جمع يجمع جمعا/جماعة  yang artinya kumpulan atau himpunan. Jadi menurut bahasa  al-Jama’ah adalah kumpulan atau himpunan tertentu bukan sembarang himpunan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah al-jama’ah adalah Jama’atul Muslimin sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Khudzaifah bin al-Yaman ynang berbunyi:
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأِمَامَهُمْ ........ “Engkau tetap pada jama’ah muslimin dan imaam mereka.
Adapun yang dimaksud dengan al-jama’ah adalah bagaimana yang dijelaskan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi:
السُّنَّةُ وَاللّهِ سُنَّةِ مُحَمَّدٍ صلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَالْبِدْعَةُ مَا فَارَقَهَا وَالْجَماَعَةُ وَاللّهِ مُجَامَعَةُ أَهْلِ الْحَقِّ وَأِنْ قَلّوْا وَالْفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ اَهْلِ الْبَاطِلِ وَأِنْ كَثَرُوْا
Demi Allah, sunnah itu adalah sunah Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam dan bid’ah itu adalah apa-apa yang memperselisihinya. Dan demi Allah Al-Jama’ah adalah berkumpulnya ahlul ha sekalipun mereka sedikit dan Firqoh itu adalah berkumpulnya ahlul bathil sekalipun merreka banyak.” (Hamisy Musnad Imam Ahmad bin Hambal: I/109).
Menurut bahasa ”imam” adalah:”Seorang pemimpin atau lainnya yang diikuti baik laki-laki maupun perempuan.” (Muhitul Muhit: I/16) 
Sedang makna “khalifah” menurut bahasa adalah: “Seorang yang menggantikan kedudukan orang lain.” (Muhitul Muhit: I/205)
Menurut istilah “imam” adalah: “Penganti Rasul yang mengakkan Ad-dien (Islam).” (Muhitul Muhit: I/16)
Sedang “khalifah” adalah: “Imam yang tidak ada di atasnya lagi seorang imaam.” (Muhitul Muhit: I/205)
“Amirul Mu’minin” adalah: “Gelar (laqob) bagi khalifah. ” (Mu’jamul Wasit: I/26).
Dalam pengangkatan khalifah memang tidak ada dalil dalam al-quran dan as-sunnah. Akan tetapi kita bisa mengambil amalan khulafa’ rasyidin sebagai dalil tentang pengangkatan khalifah. Rasullah bersabda:
Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa’ ar rasyidin yang mendapat petunjuk, pegang teguhlah ia dan gigitlah ia dengan gigi geraham.. (HR. Abu daud)
Pengangkatan khalifah pada masa khulafa’ ar rosyidin ada dua cara semuanya pernah dilakukan oleh mereka. Dan dua metode tersebut telah disepakati oleh para sahabat pada masa itu tanpa ada yang membantahnya. Dua metode tersebut adalah
1.    Dengan cara dipilih melalui musyawarah ahlul halli wal ‘aqdi
2.    Dengan melalui wasiat (al ‘ahdu) atau istikhlaf, penunjukan dari khalifah yang sebelumnya.
Sedangkan ahlul halli wal ‘aqda dalam kitab nihayatul muhtaj ila syarhil minhaj 7/390 disebutkan: sekelompok manusia yang memiliki kedudukan dalam urusan din dan ahlak serta kemampuan dalam melihat kondisi dan mengatur umat. Menurut imam al mawardi perintah mengangkat seorang pemimpin adalah menggantikan tugas kenabian, berupa menjaga dien dan mengatur urusan duniawi. Dan memberikan manah ini kepada kepada orang yang bisa melaksanakan dikalangan umat islam hukumnya wajib berdasarkan ijma’.
Ma’na bai’at secara bahasa berasal dari kata  "باَيَعَ-مُباَ يَعَةً" yang bermakna saling mengikat janji. Bai’at menurut istilah adalah berjanji untuk mengangkat seseorang sebagai khalifah seraya mentaatinya, tidak akan menentang sedikitpun, baik dalam keadaan suka atau terpaksa, selama perintah tersebut tidaak bertentangan dengan al-quran dan sunnah, serta menyerahkan segala urusan kaum muslimin kepadanya.
Macam-macam bai’at ada dua diantaranya:
1.    Bai’at mu’amalah yaitu berjanji untuk melaksanakan amalan-amalan iabadah yang diperintahkan dan meninggalkan segala perbuatan yang dilarang.
2.    Bai’at imarah yaitu berjanji untuk mengangkat seseorang sebagai khalifah seraya mentaati menurut kadar kemampuan selama dalam kebenaran.
BAB III
KONDISI LAPANGAN
Dalam penelitian al-jamaah kami menemukan al jamaah ini di daerah Bulustalan, pada hari Ahad tanggal 15 Nopember 2014 disana kami bertemu dengan penjaga Masjid yang bernama Pak Fahlefi kami bertanya mengenai Al-Jamaah kemudian beliau menggambarkan sedikit tentang Al-Jamaah bahwa Al-Jamaah itu bukan NU ataupun Muhamadiyah akan tetapi Al- Jamaah  Muslimin merupakan kumpulan orang-orang muslim. Ketika kami menanyakan tentang sejarah Al-Jamaah Muslimin beliau menyarankan untuk bertanya kepada Pak Abu Bakar, karena Pak Fahlevi tidak berwenang untuk menjelaskan tentang Al-Jamaah Muslimin. Pak Abu Bakar merupakan salah satu Rais Al-Jamaah di daerah Bulustalan. Kami diberi tahu alamatnya pak Abu Bakar untuk bertemu dengan beliau  di depan SMP  N 40 Semarang kemudian kami berjalan menuju ke tempat Pak Abu Bakar, ternyata rumah beliau pintunya tertutup rapat akhirnya kami kembali ke Masjid Al Hikmah Bulustalan, setelah sampai masjid kami bertemu kembali dengan Pak Fahlevi dan beliau memberi tahu untuk menemui Pak Abu Ghofar, bahwa beliau merupakan salah satu Rais Majlis Tarbiyah Wa  Ta’lim dan mengatakan bahwa Pak Abu Ghofar setiap senin dhuhur selalu mengimami di masjid al-Hikmah kami disarankan untuk menunggunya di masjid sampai dhuhur. Setelah berjam-jam kami menunggu akhirnya kami bertemu dengan Pak Abu Ghofar dan kami memberitahukan tujuan kedatangan kami, dan beliau menyambutnya dengan senang hati, setelah berbincang-bincang kami meminta nomor telefon beliau. Berhubung waktu sudah sore kami pamit untuk pulang menuju kampus tercinta UIN Walisongo. Selanjutnya hari Senin tanggal 23 Nopember 2014 kami ke Bulustalan kembali untuk melanjutkan  riset kami,  sebelumnya kami membuat janji dengan Pak Abu Bakar  pada pukul 09.00 WIB.  Sampai disana kami bertemu dengan Pak Abu Ghofar dan melakukan wawancara tentang al-Jamaah Muslimin. Berhubung Pak Fahlevi menyarankan kepada pak Abu Ghofar kami hanya mewawancarai Pak Abu Ghofar.  Kemudian hari senin selanjutnya kami bertemu dengan Pak Abu Bakar dan kami ingin mewawancarai tentang al-Jamaah Muslimin kepada beliau namun beliau juga melimpahkan kepada Pak Abu Ghofar.
BAB IV
ANALISA LAPANGAN
Hasil wawancara
Al-Jamaah Muslimin, sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW, kemudian dilanjutkan para Khulafaur Rasyidin. Berhubung pada masa keruntuhan Turki Usmani tahun 1952 M  al-Jamaah itu fakum. Kemudian pada tahun 1953 M, Al-Jamaah ditetapkan kembali dengan membai’at Dr. Syaikh  Wali Al-Fatah sebagai Imam dari Al-Jamaah tersebut. Pembai’atan diumumkan di masjid  Sunda Kelapa Jakarta. Setelah Dr. Syaikh Wali Al- Fatah wafat, pada tahun 1976 M. Muhyidin Hamidy dibai’at menjadi Imam kedua dari Al-Jamaah Muslimin tersebut sampai sekarang.
Kegiatan-kegiatan yang ada dalam al-Jama’ah meliputi seluruh kehidupan manusia, dimana semua kegiatan tersebut ada wadahnya yaitu majlis-majlis yang mempunyai bidang masing-masing.
 Imamul Imam dibantu oleh Waliyul Imam merupakan sebuah kepemimpinan yang di wilayah-wilayah dan Naibul Imam itu yang ada dikota-kota kemudian dibantu oleh Ra’is yang dibentuklah majlis-majlis  yaitu:
1.    Majlis Dakwah, bertugas meluruskan akidah, memotivasi umat untuk beribadah kepada Allah, amar ma’ruf nahi munkar, menolak kebudayaan negatif yang dapat merusak.
2.    Majlis Tarbiyah dan Ta’lim, bertugas meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga profesional, perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan, pengawasan program dan kegiatan.
3.    Majlis  Maliyah, bertugas mengurusi harta, dan nisab yang harus dikeluarkan dalam penghasilannya.
4.    Majlis Kuttab, bertugas mengajarkan cara menulis dan membaca serta memahami Al-Qur’an.
Dalam majlis-majlis tersebut diketuai oleh Amir-amir. Dimana Amir-amir tersebut bertugas mengkoordinir semua kegiatan yang akan dilakukan.
 Adanya Al-Jama’ah di daerah Bulustalan karena salah seorang tokoh di daerah Bulustalan datang ke Jakarta untuk menyaksikan pembai’atan Dr. Syaikh  Wali Al-Fatah. Al-Jamaah dipimpin seorang Imam yang semua kebijakannya dianut oleh makmum. Seperti penetapan awal berpuasa Ramadhan dan hari-hari besar Islam lainnya yang tidak menganut pemerintahan Indonesia.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Al-Jamaah di Bulustalan, diantaranya yaitu: mengadakan pengajian  yang dilaksanakan setiap minggu sekali pada malam senin, mengadakan belajar mengaji al-Qur’an setiap hari Rabu sore. Untuk kegiatan yang lain, seperti mauludan, tahlilan, dan dhiba’an. Dalam Al-Jamaah tidak dilaksanakan.


BAB V
KESIMPULAN
Al-Jama’ah Muslimim ditetapkan kembali pada tahun 1953 M, dengan membai’at Dr. Syaikh Wali Al-Fatah sebagai Imam, dan pada tahun 1976 sampai sekarang dilanjutkan oleh Imam Muhyiddin Hamidy.
Kegiatan yang dilakukan al Jama’ah Muslimin diantaranya:  mengadakan pengajian  yang dilaksanakan setiap minggu sekali pada malam senin, mengadakan belajar mengaji al-Qur’an setiap hari Rabu sore.
Al-Jama’ah Muslimin itu tidak mempunyai AD/ART karena bukan organisasi. Al-Jama’ah Muslimin itu merupakan syari’at yang ada Imaam dan Makmum, dengan azaz  Al-Qur’an dan Sunnah. Maka Al- Jama’ah Muslimin menggunakan model berpikir Bayani yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.














DAFTAR PUSTAKA
Hizbullah, Arif. 1999. Al-Jama’ah Wadah Kesatuan Muslimin. (Cilacap: Pondok Pesantren Islam Al-Fatah)
Hizbullah, Arif. 2013. Ni’mat Al-Jama’ah, Imamah dan Bai’at. (Bogor: Tsaqofah Press)



























Lampiran:
NARASUMBBER
Nama                           : Abu Ghofar
Alamat                                    : Bulustalan
Jabatan                                    : Ra’is Majlis Tarbiyah Wa Ta’lim

BIODATA
Nama                           : Lailatul Hidayah
NIM                            : 133911108
Jurusan/ prodi              : PGMI
TTL                             : Kendal
Tempat Tugas              : UIN Walisongo Semarang sebagai pelajar
Pendidikan                  :
SD       : SD 1 Kedung Gading
SMP     : SMP 02 Gemuh
SMA    : MA Darul Amanah
S1        : IAIN Walisongo Semarang
Alamat                                    : Kedunggading- Ringinarum-Kendal
Nomor Telepon           : 085741158106
Email                           : elayhid@yahoo.co.id
Facebook                     : laila hiday










Nama                           : Umi Mutmainah
NIM                            : 133911113
Jurusan/ prodi              : PGMI
TTL                             : Demak, 12 Januari 1995
Tempat Tugas              : UIN Walisongo Semarang sebagai pelajar
Pendidikan                  :
SD       : SDN 2 Medini Gajah Demak
MTs     : MTs Nurul Huda Medini Gajah Demak
MA      : MA NU Assalam Tanjungkarang Jati Kudus
S1        : IAIN Walisongo Semarang
Alamat                                    : Medini RT:04/ RW: 02, Gajah Demak
Nomor Telepon           : 08978687202
Email                           : umimutmainah121@gmail.com
Facebook                     : Umi Mutmainah