Sabtu, 10 Januari 2015

makalah ILMU AMTSALIL QUR’AN

I.          PENDAHULUAN
Suatu hakikat yang tinggi makna dan tujuannya menjadi lebih menarik jika dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekatkan kepahaman melalui analogi dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin.
Bahasa atau kalimat-kalimat al-Qur’an menakjubkan, berbeda sekali dengan kalimat-kalimat bukan al-Qur,an. Ia mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang kongkrit, sehingga dapat dirasakan ruh dinamikanya.
Keindahan ushlub al-Qur’an mengagumkan orang-orang Arab dann bukan Arab. Kehalusan bahasa, keindahan dalam ekspresi, ciri-ciri khas balagah dan fashahahnya, baik yang abstrak maupun yang kongkrit, dapat mengungkapkan rahasia dan kekudusan al-Qur’an. Berikut pemaparan tentang amtsalil Qur’an.
II.       RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Pengertian Amtsalil Qur’an?
B.     Apa Saja Unsur-Unsur Amtsalil Qur’an?
C.     Apa Saja Macam-macam Amtsalil Qur’an?
D.    Apa Sighat Amtsalil Qur’an?
E.     Apa Kegunaan Amtsalil Qur’an?

III.    PEMBAHASAN
A.    Pengertian Amtsalil Qur’an
Menurut bahasa (etimologi) kata amtsal berupa bentuk jamak dari lafal matsal. Sedang kata matsal, mitsil, dan matsil adalah sama dengan kata syabah, syibih, dan syabih, baik dalam lafal maupun dalam maknanya.
Menurut bahasa, arti lafal amtsal ada tiga macam, yaitu:
1.      Bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan.
2.      Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing dan aneh.
3.      Bisa juga berarti sifat, atau keadaan atau tingkah laku yang mengherankan.
Imam Zamakhsyari dalam Tafsir Al-Kasysyaf juga memberikan arti kata matsal dengan arti perumpamaan, sifat, dan kisah, tetapi para ulama ahli Ilmu Bayan menambahkan arti yang keempat terhadap lafal matsal, yaitu diartikan dengan majaz murakkab.[1]
Sedangkan secara istilah (terminologi), ada beberapa pendapat, yaitu:
1.      Menurut istilah ulama Ahli Adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang tertuju.
2.      Menurut istilah ulama Ahli Tafsir, amtsal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat, dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.[2]
B.     Unsur-unsur Amtsalil Qur’an
Didalam matsal seperti halnya di dalam tasybih, haruslah terkumpul empat unsur yaitu:
1.      Ada yang disempurnakan (musyabbah), yaitu sesuatu yang akan diceritakan.
2.      Ada asal ceritanya (musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan tempat menyamakan.
3.      Ada persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu arah persamaan antara kedua hal yang disamakan tersebut.[3]
4.      Ada alat Tasybih, yaitu kaf, mitsil, kaana, dan semua lafaz yang menunjukkan makna perserupaan.
Contoh tamtsil dalam Al-Qur’an;
مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ(ابراهيم:18)
Artinya: 18. Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan . Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
Dari contoh tersebut wajah syabbahnya adalah “kesia-siaan”(tidak bermanfaat) dan alat tasybihnya menggunakan kata mitsil (مثل). Sedangkan musyabbah dan musyabbah bihnya adalah amalan orang kafir dan abu.[4]
C.    Macam-macam Amtsalil Qur’an
Amtsal di dalam Al-Qur’an ada tiga macam, yaitu:
1.      Amtsal Musarrahah adalah amtsal yang di dalamnya dijelaskan dengan lafaz matsal atau sesuatu yang menunjukkan tasbih.
Seperti firman Allah,
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُون(17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَرْجِعُونَ(18) أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ(19) يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(20)(البقره:17-20)
Artinya: 17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. 18. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali, 19. atau seperti hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. 20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
2.      Amtsal Kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamtsil (permisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Contoh pada al-Qur’an surat al-Furqaan ayat 67:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا(67)
67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan , mereka tidak berlebihan, dan tidak kikir, dan adalah di tengah-tengah antara yang demikian.
3.      Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal.
Contoh pada al-Qur’an surat al-Mudatstsir ayat 38:
                                                                               (38) كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
38. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.[5]
D.    Sighat Amtsalil Qur’an
Dari keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa sighat-shigat amtsalil Qur’an itu ada bentuknya, sebagai berikut:
1.      Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih), yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, didalamnya terungkap kata-kata matsal.
Contohnya seperti ayat 24 surat Yunus:
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا    فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ 

24. Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai perhiasannya , dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya , tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kepada orang-orang berfikir.

2.      Sighat tasybih yang terselubung (tasybih add-dhimmi), yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang terselubung atau tersembunyi, di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kata al-amtsal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi artinya.
Contohnya pada ayat 12 surat al-Hujrat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
3.      Sighat majaz mursal, yaitu sighat dengan bentuk perumpaan yang bebas, tidak terikat dengan asal ceritanya.
Contoh pada surat al-Hajj ayat 73:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
73. Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah yang disembah.
4.      Sighat majaz murakkab, yaitu sighat dengan bentuk perumpaan ganda yang segi persamaannya diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitannya adalah perserupaan yang tewlah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah tamstiliyah.  
Contoh pada ayat 5 surat Jumu’ah:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
5. Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
5.      Sighat isti’arah tamtsiliyah, yaitu dengan bentuk perumpaan sampiran atau lirik (perumpamaan pinjaman).
Contoh pada ayat 24 surat Yusuf:
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
24. Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai perhiasannya , dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya , tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kepada orang-orang berfikir.[6]
E.     Kegunaan Amtsalil Qur’an
Adanya berbagai bentuk amtsal di dalam Al-Qur’an membawa kegunaan yang banyak, antara lain sebagai berikut:
1.      Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap dengan indera manusia.
2.      Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkongkritkan hal yang abstrak.
3.      Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang singkat dan padat.
4.      Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yangn menarik dalam Al-Qur’an.
5.      Menghindarkan dari perbuatan tercela.[7]
IV.    PENUTUP
A.    Kesimpulan
Amtsalil Qur’an adalah menyerupakan sesuatu dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu.
Amtsalil Qur’an mempunyai beberapa unsur diantaranya yaitu: adanya  musyabbah, musyabbah bih, wajhul musyabbah, dan alat tasybih.
Sedangkan macam-macam amtsalil Qur’an yaitu: amtsal musarrahah, amtsal kaminah, dan amtsal mursalah.
Serta kegunaan amtsalil Qur’an diantaranya yaitu: mengungkapkan sesuatu yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapt ditangkap dengan indera manusia; mengungkapkan kenyataan; mengumpulkan makna yang indah, menarik, singkat, dan padat;  mendorong giat beramal; menghindarkan dari perbuatan yang tercela.
B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an. Semoga dapat menambah pengetahuan tentang amtsalil Qur’an.  Kami minta maaf jika dalam penulisan makalah ini serta dalam penyampaiannya  masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan  kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami semua.  Amin.







[1] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an. (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm 309-3010.
[2] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran II. (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm 35.
[3]Abdul Djalal, Ulumul Qur’an. hlm 313.
[4] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran II. hlm 36.
[5]Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyajakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), hlm 127-130.
[6] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an. hlm 320-323.
[7] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran II. Hlm 44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar