Sabtu, 10 Januari 2015

makalah karakteristik ips


I.     PENDAHULUAN
Bagi pembangunan bangsa, pendidikan karakter sangat penting. Ketika bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua, adalah membangun bangsa, dan ketiga, adalah membangun karakter. Ketiga hal tersebut secara jelas tampak dalam konsep negara (nation-state) dan pembangunan karakter bangsa (nation and character building).
Salah satu kompetensi seorang guru profesional adalah kemampuan dalam mengorganisir materi pembelajaran. Untuk melakukan hal tersebut, guru hendaknya memiliki keterampilan bagaimana merancang pembelajaran tersebut sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Penguasaan dan pengembangan karakteristik IPS sangat penting bagi guru, karena siswa sekolah menengah diharapkan telah memiliki kemampuan berfikir abstrak dan parsial serta berpikir analitis. Dalam makalah ini diuraikan tentang karakteristik pendidikan IPS yang akan menjadi dasar dan sumber pembelajaran, khususnya dalam pengorganisasian materi yang diselenggarakan guru.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian karakteristik IPS?
B.     Apa saja karakteristik yang ada dalam IPS?

III.             PEMBAHASAN
A.           Pengertian Karakteristik IPS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat–sifat kejiwaan, akhlak atau budi pakerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik dan terejawentahkan dalam perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dalam Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik dan nyata berkehidupan baik.
Scerenko (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental seseorang, suatu kelompok atau bangsa.[1]

B.     Karakteristik yang ada dalam IPS
1.      Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. Ada pula yang mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-keyakinan dan pengalaman belajar siswa. Secara konseptual, pengetahuan (Knowledge) hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) Generalisasi yang dipahami oleh siswa.
a.        Fakta
Fakta adalah data spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal–hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS, diharapkan dapat mengenal beberapa jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupannya.
Contoh fakta yang dapat di belajarkan kepada siswa kelas 1, misalnya, sebagai berikut:
·         Ada sepuluh siswa di kelas yang memiliki pensil gambar
·         Siswa perempuan berjmlah dua puluh orang
·         Siswa laki–laki bermain bola dihari minggu
b.        Konsep
Konsep adalah kata–kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan.Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Konsep–konsep tersebut pada jenjang dan kelas sekolah, misalnya konsep “keluarga” dapat diambil dari konsep antropologi, sosiologi, bahkan ekonomi. Konsep–konsep ini muncul karena adanya kepedulian dan presepsi sosial serta munculnya permasalahan sosial yang semakin kompleks. Hal ini telah di pandang sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikan konsep–konsep IPS.
c.         Generalisasi
Generalisasi adalah suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Misalnya, semakin bertambah usia seseorang, semakin berbeda dalam kemampuan bekerja. Pengembangan konsep dan generalisasi merupakan proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik untuk mengkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, para siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskannya terdahulu.

2.      Keterampilan (Skills)
Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisisai secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, berikut diuraikan sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam karakteristik IPS dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu :
a.        Keterampilan meneliti
Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data. Penelitian harus mencakup hal–hal berikut ini :
1)        Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu
2)        Mengumpulkan atau mengolah data
3)        Menafsirkan dan menganalisis data
4)        Menilai bukti-bukti yang ditemukan
5)        Menyimpulkan
6)        Menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda
7)        Membuat pertimbangan nilai
b.        Keterampilan berpikir
Untuk mengembangkan keterampilan berfikir pada siswa, perlu ada penguasaan terhadap bagian–bagian yang lebih khusus dari keterampilan berfikir tersebut serta melatihnya dikelas. Beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh guru dikelas untuk para siswa, antara lain :
1)        Mengkaji dan menilai data secara kritis
2)        Merencanakan
3)        Merumuskan faktor sebab dan akibat
4)        Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa
5)        Menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
c.         Keterampilan partisipasi sosial
Dalam belajar IPS, siswa perlu dibejalarkan bagaimana berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Dengan adanya partisipasi siswa dapat lancar menyampaikan pendapatnya kepada orang lain. Beberapa keterampilan berpartisipasi sosial yang perlu dibelajarkan guru pada siswa yaitu :
1)        Menunjukan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
2)        Berbagi tugas dan pekerjaan dengan orang lain
3)        Berbuat efektif sebagai anggota kelompok
4)        Mengambil berbagai peran kelompok
5)        Menerima kritik dan saran
6)        Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d.        Keterampilan berkomunikasi
Pengembangan keterampilan komunikasi merupakan aspek yang apling penting dari pendekatan  pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untu mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif. Seorang guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film, drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukan, foto, bahkan dalam bentuk peta.[2]

3.      Nilai dan Sikap (Values and Attitudes)
Pada hakikatnya, nilai adalah sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari orang–orang yang satu tujuan.[3] Sedangkan sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik.[4]
4        faktor dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu
1)      Normatifist, yakni kepatuhan terhadap norma-norma hukum.
2)      Integralist, yakni kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran dengan pertimbangan–pertimbangan yang rasional.
3)      Fenomenalist, yakni kepatuhan berdasarkan suara hati.
4)      Hedonist, yakni kepatuhan berdasarkan diri sendiri.[5]
Heterogenitas nilai ini tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS di kelas. Nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan tidak mungkin steril dari isu–isu yang menerpa masyarakat demokratis. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai masyarakat, maka nilai dapat dibedakan sebagai berikut :
a.        Nilai Substantif
Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menenamkan atau menguraikan informasi semata. Setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang suatu hal. Misalnya, seorang anggota keluarga akan berbeda pandangannya terhadap nilai hidup berkeluarga.
Dalam mempelajari nilai substantif, para siswa perlu memahami proses–proses, lembaga–lembaga, dan aturan– aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu mengetahui bahwa ada keragamanan nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut.
Manfaat lain dari belajar nilai substantif adalah siswa akan menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu. Guru harus menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang beragam ke kelas sesuai latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu guru perlu menyadari pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara universal.
b.        Nilai prosedural
Nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat oang lain.
Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat indonesia yang beraneka ragam, maka siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai tersebut.[6]
Gulo ( 2005 ) menyimpulkan tentang nilai, sebagai berikut :
1)        Nilai tidak diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya
2)        Pengembangan domain efektif pada nilai tidak  bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik
3)        Masalah nilai merupakan masalah emosional, sehingga dapat berubah, berkembang, jadi siswa bisa dibimbing.[7]
4)         
4.      Tindakan (Action)
Tindakan sosial  merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. Merekapun dapat belajar berlatih secara konkrit dan praktis. Dengan belajar dari pada yang diketahui dan terpikirkan tentang isu–isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para siswa belajar menjadi warga negara yang efektif dimasyarakat.
Dimensi tindakan sosial dapat dibelajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas kurikulum IPS. Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran IPS meliputi tiga model aktivitas sebagai berikut:
5)        Percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah dikelas seperti cara bernegosiasi dan bekerjasama.
6)        Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan,    misalnya dengan kelompok masyarakat pecinta lingkungan, pedagang dan melakukan survey, pengamata, serta wawancara dengan pedagang di pasar tradisional.
7)        Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kelas, khususnya pada saat siswa di ajak untuk melakukan inkuiri.[8] 

IV.             KESIMPULAN
Dari uraian makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa, karakteristik IPS adalah atribut atau ciri khusus yang ada dalam IPS yang membedakan dari ilmu pengetahuan lainnys yang bersifat monolitik.
Karakteristik yang ada dalam IPS antara lain yaitu:
1.      Pengetahuan (Knowledge)
2.      Keterampilan (Skill)
3.      Nilai dan Sikap (Values and Attitudes)
4.      Tindakan (Action)

V.                PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat. Adapun makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik selalu kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan kita mengenai karakteristik IPS. Dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi kita semua pada umumnya. Aamiin















DAFTAR PUSTAKA
Hamruni. 2009. Stategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogjakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sapriya. 2008. Pendidikan IPS, Bandung: Laboratorium PKn UPI.      




[1] Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT .Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 42.
[2] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:Laboratorium PKn UPI PRESS, 2008), hlm.31-35.
[3] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Laboratorium PKn UPI PRESS, 2008), hlm.36.
[4] Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm.195.
[5] Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan,(Yogjakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm.193.

[6] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:Laboratorium PKn UPI PRESS, 2008), hlm.37.
[7] Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta:Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm.195.

[8] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Laboratorium PKn UPI PRESS, 2008), hlm.38.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar